Selasa, 18 Januari 2011

PERAN MANAJEMEN DALAM MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHATANI PETANI DI INDONESIA

Petani sebagai Seorang Manajer

Petani adalah pelaku usahatani. Mereka berfungsi sebagai pengelola atau seorang manajer bagi usahatani yang mereka kerjakan. Berhasil dan tidaknya usahatani yang mereka kerjakan pada dasarnya sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam mengatur dan mengelola faktor-faktor produksi yang mereka kuasai. Jika seorang petani piawai dalam mengelola usahatani yang mereka kerjakan maka usahatani mereka akan berhasil. Sedangkan jika seorang petani tidak mampu mengelola usahataninya dengan baik maka usahatani yang mereka akan besar kemungkinannya mengalami kegagalan. Artinya, petani sebagai seorang manajer usahatani harus mampu mengorganisakian alam, kerja dan modal agar produksi dan produktivitas usahatanianya dapat bernilai optimal.

Kemampuan manajerial dan style manajerial oleh petani akan diwarnai oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ini akan berafilasi dengan pola pikir dan kualitas SDM. Pendidikan yang tinggi tentunya akan membentuk pola pikir dengan wawasan yang luas dan memiliki tingkat kualitas SDM yang baik. Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah akan mencetak petani-petani yang sulit menerima inovasi baru bahkan cenderung laggard (menolak dan menghalangi) serta rendah dalam penguasaan teknologi yang berujung pada rendahnya kualitas SDM-nya.

Petani memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola usahataninya tergantung pada faktor-faktor produksi yang mereka kuasai. Petani yang memiliki lahan yang luas membutuhkan sarana produksi pertanian yang lebih banyak dibandingkan petani dengan lahan sempit. Petani berlahan luas akan menggunakan alat dan mesin pertanian yang dapat memudahkan mereka dalam pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, pemanenan serta pengolahan hasil. Mereka membutuhkan tenaga kerja dan modal yang lebih besar untuk menjalankan kegiatan usahatani yang mereka usahakan.

Kelemahan Petani di Indonesia untuk Sebuah Manajemen

Skala Usaha Kecil

Petani di Indonesia mayoritas adalah petani gurem atau petani kecil, yaitu petani yang hanya memiliki luas lahan usaha tani kurang lebih 0,25 ha. Pada luasan lahan itu petani melakukan kegiatan usahatani mereka. Ada yang menanami lahannya dengan jenis tanaman pangan semisal padi, jagung, atau ubi kayu. Sebagian mengusahakan tanaman hortikultura/sayuran misalnya terong, cabai, kacang panjang, buncis, kol dan tanaman sayuran yang lain. Beberapa petani menanam tanaman-tanaman perkebunan seperti kakao, kopi, lada dan lain-lain. Lahan yang memiliki asupan air cukup melimpah dimanfaatkan oleh petani untuk membudidayakan ikan. Beternak juga menjadi salah satu pilihan dalam usahatani yang tidak sedikit dipilih sebagai usaha di bidang pertanian. Tetapi apapun usahatani yang dijalankan, pada lahan seluas itulah mayoritas petani Indonesia berusahatani.


Usahatani adalah way of life

Usahatani di Indonesia telah menjadi semacam cara hidup mengingat nilai-nilai subsiten masih melekat pada kegiatan usahatani petani Indonesia. Meski sedikit demi sedikit, sesuai kemajuan teknologi dan hadirnya inovasi-inovasi baru, petani Indonesia telah bermigrasi kea rah pertanian komersial namun jika diamati maka sebenarnya yang dilakukan adalah usahatani campuran, yaitu antara subsisten dan campuran. Sebenarnya sudah tidak ada lagi petani-petani Indonesia yang murni subsisten__kecuali daerah-daerah pedalaman__namun karena karakter budaya yang didukung oleh kondisi alam dan lingkungan membuat usahatani sebagai sebuah way of life ini sulit dilepaskan dari petani di Indonesia.

SDM berkualitas Rendah

Tidak bisa kita pungkiri bahwa petani di Indonesia memiliki kualitas SDM yang masih rendah. Rendahnya kualitas SDM ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Rata-rata petani kita adalah petani yang tidak pernah sekolah, tidak lulus SD, atau lulusan SD. Hanya sedikit yang lulus sekolah menengah atau perguruan tinggi.

Kondisi ini semakin diperparah dengan rendahnya minat generasi muda yang notabene memiliki pendidikan yang relatif lebih tinggi untuk berprofesi sebagai petani. Mereka banyak berbondong-bondong untuk bekerja di sektor lain sebagai buruh. Agaknya memang pendidikan yang bersifat link and match banyak diarahkan ke arah dunia industry sehingga support dan motivasi lulusan ke sektor pertanian relatif rendah.

Sementara itu, akses petani terhadap informasi dan teknologi baru masih sangat terbatas. Hal ini diakibatkan karena mayoritas petani tersebar di daerah perdesaan yang relatif terbatas sarana dan prasarana transportasi dan komunikasinya. Akibatnya tingkat serapan petani terhadap inovasi dan teknologi baru masih rendah.

Posisi Tawar Lemah

Diakui atau tidak, petani di Indonesia memiliki posisi tawar yang rendah. Posisi petani berada pada posisi yang tidak menguntungkan dalam hal pemasaran dan permodalan. Petani belum mampu mengontrol harga pasar dan sangat sulit untuk memperoleh modal. Akibatnya tidak sedikit petani yang merugi besar ketika hasil panennya ternyata dibeli pedagang dengan nilai tukar yang sangat rendak. Tidak jarang pula petani jatuh di tangan pengijon dan tengkulak yang menjerat dengan hutang dalam bunga tinggi. Petani selalu sebagai pihak yang dirugikan.


Manajemen dalam Usahatani

Berbicara tentang sebuah system manajemen tentunya akan akan selalu terkait dengan 5 hal pokok, yaitu :
a. Planning/perencanaan
b. Organizing/pengorganisasian
c. Actuating/pelaksanaan
d. Controlling/pengawasan, dan
e. Evaluating/penilaian
Planning/Perencanaan

Selayaknya sebuah usaha, usahatani juga sangat membutuhkan perencanaan yang matang. Mulai dari jenis tanaman yang akan ditanam, pola budidaya yang akan dijalankan, tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai kepada kegiatan-kigiatan panen dan pasca panen. Semua rencana seharusnya tersusun rapi tercatat.

Biasanya, petani yang telah tergabung dalam kelompok tani menuangkan perencanaan mereka dalam wujud RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Namun sayangnya RDKK yang dibuat, oleh petani belum diartikan sebagai sebuah perencanaan dalam usaha tani. RDKK hanya digunakan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah saja.

Secara teoritis, untuk mewujudkan sebuah perencanaan yang mantap, kita bisa menggunakan pertanyaan 5W 1H, yaitu :
• What/apa………….………?
• Why/mengapa…………….?
• Who/siapa…………….?
• When/kapan….……….?
• Where/dimana ………?, dan
• How/Bagaimana………?

OrganizingPengorganisasian

Setelah segala sesuatu yang terkait dengan usahatani direncanakan dengan baik, maka tahapan berikutnya adalah pengorganisasian. Pada saat ini, petani harus mengorganisasikan setiap masalah dan faktor produksi yang dimilikinya. Persiapan alat dan mesin pertanian, sarana-sarana produksi yang dibutuhkan juga termasuk tenaga kerja yang akan digunakan.

Pengorganisasian yang baik akan memudahkan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana yang dibuat dan tujuan yangh ditetapkan.




Actuating/Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah hal yang paling menentukan pada suatu kegiatan usaha tani jika ingin usahatani yang dijalankan berhasil. Dalam pelaksanaan segala sesuatu yang dikerjakan diusahakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Sebab apabila tidak maka hasil tidak akan sesuai dengan yang diharapkan oleh pelaku usahatani.

Controlling/Pengawasan

Semua pelaksanaan kegiatan usahatani harus diawasi agar sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Jika ada masalah dan kekurangan, sebagai seorang manajer, petani harus segera mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Caranya adalah dengan melihat sumber daya yang ada dan menyelaraskan dengan tujuan pelaksanaan usahatani.

Evaluating/Penilaian

Tahap ini hanya akan optimal jika semua hal yang dilakukan oleh petani terdokumentasi dalam sebuah catatan. Evaluasi yang dilakukan tanpa informasi yang jelas hanya akan menghasilkan penilaian yang keliru terhadap obyek evaluasi. Akibatnya tentu tidak aka nada perbaikan untuk kegiatan usaha tani berikutnya sebab fungsi dari evaluasi yang utama adalah sebagai bahan untuk perencanaan usahatani.

Hal-hal yang perlu dievaluasi disesuaikan dengan tujuan awal dilaksanakannya usahatani, misalnya :
1. Apakah produksi total telah mencapai hasil sesuai yang diinginkan?
2. Apakah biaya produksi yang dikeluarkan telah sesuai dengan rencana awal?
3. Bagaimanakah produktivitas ekonomis dari usahatani yang dilaksanakan?
4. Apakah masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan usahatani?

Hasil evaluasi yang dilakukan tersebut akan lebih memudahkan bagi petani untuk membuat perencanaan usahatani berikutnya dengan lebih baik. Lambat laun maka usahatani yang dilaksanakan menjadi lebih maju dengan pencapaian hasil yang optimal.

1 komentar:

  1. JM Hospitality & Casino: NJ Casino Review & Promo Code
    It has 충청남도 출장안마 three different slots available on the casino floor, such as 서산 출장샵 Golden Nugget's Jumbo Buffalo, 서산 출장마사지 the Buffalo Wild 하남 출장샵 Wings' Jumbo Buffalo and the Buffalo  Rating: 3.7 서울특별 출장샵 · ‎Review by JT Hub

    BalasHapus